Kutorehkan saja kata, pada jiwa... ______Trapped In Here...------

about . . .

Name: dhank Ari
Bdae: March 22nd
ICQ:
MSN:
Alt E-Mail: dhank_ari@yahoo.com

Boleh dikunjungi

|imajinasi kata|
|
imajinasi visual|

Rancangan Situs oleh

|F_ggie|
|
CHC|
Tuesday, June 29, 2004

kemaslah mawarku pada bujur asmara.
satu demi satu,
hingga merangkai indah,
untuk menjemput rasa di sosokmu.

aku sudah memetiknya jutaan tahun yang lalu.
ketika itu, hari masih tak bermentari.
nafas masih terengah hingga sesak.

kemaslah rasaku pada bujur asmara.
perlahan-lahan,
hingga menyatu ajaib,
untuk mewujudkan kesucian rasa terhadapmu.

Remembering On|11:36 PM| bujur asmara

nyala lilin itu membayangi mukamu,
lewat pandangku dari kejauhan.

hembus bergerak ke kiri,
cahaya lilin itu berupa pendar di rebahan mukamu.
hembus bergerak ke kanan,
nyala itu menyambar rambut dan sebagian mukamu.

aku tidak tahu banyak tentang cinta,
tapi aku merasa,
kamu telah mengundang cinta itu menduduki pandangku.

Remembering On|11:30 PM| girl around d corner

jadi melemparkan ragu itu bersama cinta.

seharusnya tidak diperkenankan.
seharusnya melangkah penuh dengan keyakinan.

jadi menepikan impian itu bersama pedih.

seharusnya mampu dipertahankan.
seharusnya melawan perih dengan keberanian.

Remembering On|11:27 PM| sudah kalah jauh dan tertinggal

awalnya cemburu.
aku pun akhirnya tidak mau menempatkan sembilu.

Remembering On|9:01 PM| cemburu

+ + + + +
Monday, June 28, 2004

kelak,
4 menitmu itu runtuh.
sampai kau mungkin menangis.
sampai kau mampu mereguk cucuran air matamu sendiri.

aku tidak mengerti,
kenapa harus kau catatkan waktu
pada pelimpahan perasaan.

aku tengadah marah,
mendapat dengar dari tuturmu
bahwa cintamu padaku tinggal tersisa 4 menit lagi.

bandara Malikusaleh, NAD, 260604

Remembering On|10:54 PM| 4 menit

selalu ada pesan tertinggal,
di selimut kata yang kau ucap.
biarkanlah aku bergegas,
mencabut lajuku yang tercepat,
untuk menagihnya padamu.

aku mempesona,
di seluruh bagian.
aku untuk kau cinta,
di seluruh sikap tertanam.

kemudian,
aku malah tertegun.
mendapati bahwa seluruh kelebihanku
tak mampu menyalin pesan-pesan tertinggal itu
dalam pemikiran.

aku menemukan kedai penggelora adrenalinku
kau sudah menyemarakkan pengabulan inginku yang monoton

lhokseumawe, NAD, 260604

Remembering On|10:22 PM| message from heaven

kita terbiasa makan bersama-sama,
di sofa hijau, minim cahaya.

kita kerap mencari cara,
untuk mendapati diri masing-masing dalam keremangan cahaya.

kita biasa dengan sop kacang merah,
lantas lauk, sampai tempe.

kita kerap berdoa,
untuk setiap awal suapan.

ketika kau berkemas,
kau bilang takkanlah lama.
bukan selamanya, seperti saat ini.

aku tak sanggup menghabiskan seluruh sop, lauk dan tempe itu.
sementara setiap kali memasak,
aku tidak bisa mengurangi porsinya.

dan tahukah kau,
bahwa sofa hijau itu tandas keremangannya?

bireuen, NAD, 250604

Remembering On|10:10 PM| ternyata selamanya

untuk pertama kalinya aku menangis.
atas duka.

apa ada tempat di landas bumi,
dimana aku bisa menyembunyikan air mataku?

bireuen, NAD, 250604

Remembering On|10:01 PM| tangis atas duka

dari kampung, aku berangkat.

aku menjijitkan kaki,
tidak ingin memecah kesunyian.

indrapuri, NAD, 250604

Remembering On|9:53 PM| kabur

laki-laki manis menggenggam erat tangan wanita mungil berlesung pipi.
sejumlah rentang pada waktu, tidak ada yang lain selain bisu.

diam selalu, seakan genggaman itu adalah perbincangan.
seakan jabatan itu menjawab segala rangkuman tanya.
seakan cukup.
seakan puas pada dahaga rasa.

banda aceh, NAD, 250604

Remembering On|9:48 PM| diam, menyengaja

dia merasakan sesuatu yang aneh di matanya.
dia gisik, tidak juga berlalu keanehan itu.

dia merasakan lucu di sekujur tubuhnya,
tapi dia tidak sanggup tertawa di mulutnya.

banda aceh, NAD, 240604

Remembering On|9:42 PM| kulit hati tertawa

dia belum meminta balasan cinta.
tapi nanti,
tunggu saja!
dia pasti mengatakan maunya.

dia belum meminta peluk atau cium,
tapi nanti,
tunggu saja!
dia pasti minta segalanya.

banda aceh, NAD, 240604

Remembering On|9:37 PM| belum meminta

tiba-tiba,
kau bersujud di depanku.

tiba-tiba,
kau mengatakan cinta kepadaku.

dan hatiku sangat kacau.

banda aceh, NAD, 240604

Remembering On|9:28 PM| hatiku sangat kacau

buihkan aku asmaramu, kekasih!
aku benci keheningan.
aku kesal dengan riak yang terlalu tenang.

mainkan melodi yang lebih bergemuruh, kekasih!
aku bosan intro lembut yang sangat.
aku jengah dengan nada-nada tanpa klimaks.

satu hal, kekasih,
jika hormon sanggup mencabut sepiku,
akan kukemas dia
dan kusiapkan sebagai senjata.

banda aceh, NAD, 240604

Remembering On|9:24 PM| gejolak

aku hanya melihat mata yang jujur,
meski mungkin sedikit terbata-bata
atau kikuk akan sikap.

sedikit keraguan pun perlahan timbul.
apa aku tega membodohimu?

aku hanya menatap paras yang tulus,
meski mungkin gagap pada rasa
atau lelah menjamah rindu tak berbalas.

sedikit gugah pada hatiku yang kejam,
agar berhenti sakitimu.

lhokseumawe, NAD, 230604

Remembering On|8:50 PM| semilir tatap

terkesan oleh kata-kata.
lantas tercium bau cinta.

kuakui,
kata-katamu membuatku orgasme.
kata-kata itu menjauhkan apatis hatiku.

aku pun tak sabar,
mengabadikan bau cinta ini.

banda aceh, NAD, 230604

Remembering On|8:45 PM| bau cinta

masih saja,
matahari terlambat terbenam di Sigli.

sama saja seperti aku,
yang masih terlambat melupakanmu.
tak berubah.

aku sudah pesan pada malaikat.
benar!!

aku katakan, aku ingin belajar sampai pandai,
dalam menutup celah-celah ingatan tentangmu.
aku ingin menembus hari,
tanpa tertusuk lagi oleh ingatan perih.

tapi,
masih saja kuterlambat,
sambil merayapi jalanan Sigli yang kosong.

sigli, NAD, 230604

Remembering On|8:38 PM| matahari Sigli

kuharap seraya cemas,
dalam langkah di pematang.

tolong jangan ditambah lagi derita,
sementara duka karena rusaknya sepatuku saja
masih kuat melekat.

sepatu itu dari Jakarta.
dibelikan paman.
harganya...pasti mahal.
sehingga sayang ketika rusak
karena terlalu sering melintasi pematang
yang terkadang becek berlumpur.

kuharap seraya cemas,
dalam langkah di pematang.

aku masih berpikir kira-kira,
menelusuri kemungkinan.

tolong jangan kau tambah derita,
apabila aku sampai di beranda.
kabari saja aku sekarang,
saat masih di tengah pematang.

beureunuen, NAD, 230604

Remembering On|8:14 PM| pematang

aku lihat, kau menembus gumulan asap itu.
sebuah lilin pun menyala, tertanggul di tanganmu.

aku tahu kegelapan masa itu.
tidak terpetakan cahaya pada retina,
hanya pada raba-raba samar.

aku tahu keremangan nafas-nafas itu.
tanpa terbeberkan kesegaran pada paruku,
hanya hembusan tipis berbentuk gurauan.

sudah hampir mengalah pada sepi,
sampai akhirnya kau datang,
lewat sebuah pengertian.

kau rupanya mengerti, aku membutuhkanmu.
aku membutuhkanmu lebih dari sekedar masa,
melainkan di keseluruhan rasa.

batee iliek, NAD, 230604

Remembering On|8:04 PM| dimengerti

+ + + + +
Saturday, June 26, 2004

kaukah rindu terakhirku?
akankah kau, wanita berkepang...
akankah kau yang menjinjing baskom kerinduan,
saat hendak kujemput rinduku pada Tuhan?

bireuen, NAD, 230604

Remembering On|9:34 PM| rindu terakhir

terduduk di pilar-pilar asmara,
kau menyimpan satu tepis pemikiran.

mungkin, kau menantikan aku.
mungkin pula, kau malah bersyukur,
atas kepergianku.

setelah bosan kau duduki jejeran pilar,
kau pun angkat kaki.
sedikit segera.

kau tidak mau jamah lagi pilar-pilar itu.
tercuai.
terabai.

aku yang buat pilar-pilar itu.
dibantu olehmu.
aku kemudian yang rendahkan mata,
sambil memelukmu lembut.

aku akui,
aku pula yang terpaksa pergi,
mengikuti rasa.

meredu, pidie, 230604

Remembering On|9:26 PM| pilar asmara

jalan ini menuju nyiur.
nyiur melambai karena ajakan.
ajakanmu.

entah bagaimana bincangmu,
pada alam yang menyeretku.
entah kenapa kau merindukanku,
yang hanya sempat menciummu satu kali.

melodi bergoyang.
genggamanku limbung.
kemudian tengadahku, lagi-lagi pada kenangan.

desa ulin, pidie, NAD, 230604

Remembering On|9:23 PM| satu kali

bijak lelaki tergolek sudah,
pada pangkuan perempuan panas.
lahar itu pun menganga
dan hanyutkan kulit kebaikan yang terakhir.

aku adalah saksinya.
aku berketat diri pada pandangan.
aku berkelit, bahwa aku bukanlah pengintip.

aku akan menjemputmu, sungguh!
di suatu hari luar biasa yang damai.
namun hari ini,
panggil dulu aku bla bla bla collector...

panggil aku demikian,
sebelum aku siap menjemputmu,
menurut olah pikirku yang mungkin dangkal.

lhokseumawe, NAD, 230604

Remembering On|9:19 PM| d collector

Oh Lord, aku takut menemui pantai!
mata ini selalu saja nanar dan sedih.
dan kadang tanpa alasan.
sering menjelma begitu saja, tidak terduga.

aku akui,
kamu sudah menang dalam kenangan, kekasih abadi!

lhokseumawe, NAD, 220604

Remembering On|7:50 PM| kemenangan sebuah kenangan

aku lihat,
kau mengayuh sepeda di kejauhan.
rambut itu kau ikat.
senyum itu kau junjung.

aku diam,
menantikanmu di ujung setapak menuju dermaga.
sambil menunggu cium terakhir darimu.
sambil berharap akan pesan terindah.

mereka bilang,
leluhur kita berkait permusuhan.
mereka bilang,
cinta hanya omong kosong dalam tong!

lhoksukon, NAD, 220604

Remembering On|7:44 PM| satu nusa, satu bangsa, tak satu cinta

terdapat manja dalam marahmu.
aku suka.

cara melihat ekor matamu ke mataku layak mentari pagi.
diiringi untai alunan asmara.
digemuruhi bisikan malaikat.

tegaskan padaku apa keinginanmu,
dan biarkan aku melendot di pundakmu bila setuju.
keraskan maumu,
tanpa khawatir aku akan melepaskan mimpi bersamamu.

lhoksukon, NAD, 210604

Remembering On|7:37 PM| katakan saja, atau marah

aku melewati batas mimpi.
mencari jejak dirimu
yang jelas sekali merindukan kehadiranku.

lhokseumawe, NAD, 210604

Remembering On|7:28 PM| batas mimpi

ada senja.
berbiji-biji.

melangkahku di sebuah jeruji melintang,
menyusuri pantai yang sama sekali tak basah.

ada senja,
benar!

melantunlah berpuluh melodi cinta,
pada sepasang lesung yang tidak lekang dari jalan pemikiranku.

lhokseumawe, NAD, 210604

Remembering On|7:22 PM| lesung senja

aku terkejut,
saat memijat pahamu.

paha kanan itu ternyata bertato.
menghamparkan lukisan
atau coretan,
tentang asmara.

sejenak,
aku merasa aneh.
hingga pijatan terhenti,
menyisakan tertegunku yang merendah.

untung saja kau tertidur.
pulas.

jadi kau tak pernah tahu
kau tak pernah melintaskan pemikiran
bahwa aku adalah adikmu.

kita adalah beradik dengan tanda tato yang sama,
pada paha yang berbeda.

lhoksukon, NAD, 210604

Remembering On|7:16 PM| paha kanan bertato

sungguh,
aku eratkan selembar kelambu
dan melingkupimu rapat.
tidak terbersit celah.
tidak akan ada adegan turut campur,
dari seluruh pengganggu tidurmu.

sungguh,
aku lipatkan kedua kakiku,
dan lelap terdiam,
tepat di sampingmu.

sungguh,
tidak akan kubiarkan, sampai kapanpun,
peluru-peluru itu menembus ujudmu.

lhoksukon, NAD, 210604

Remembering On|7:12 PM| hempas lontar peluru

+ + + + +
Sunday, June 20, 2004

dhank Ari undur pamit sejenak,
hari ini mau ke Aceh.
mau menangkap imaji eksotis budaya lokal.

salam

Remembering On|9:12 AM| undur pamit sejenak

+ + + + +
Thursday, June 17, 2004

tentu aku senang menyalakan lilin itu untukmu.
sambil berdoa.

aku tahu bahwa lukisan hati butuh cat dan kuas keseharian jiwamu.
kadang berwarna lembut, lantas bervariasi.
kadang berwarna seragam, lantas cenderung monoton.

aku sedang menemanimu melukis saat ini, disadari atau tidak.
aku bahkan membawa kuas dan cat itu sendiri,
untuk dicari padanannya dengan milikmu.

jadi, pasangkan saja lilin itu dan berikan aku api.
lantas, akan kuingat lagi sebuah doa, untukmu.

Remembering On|11:39 PM| hepi birthday

kau siap untuk pergi.
tersisa aku,
yang siap mencari pelarian darimu.

kau ringan ketika berlalu.
tertinggal aku,
dan aku tidak mau terhanyut dalam kenangan.

Remembering On|10:17 PM| pergi, pergi saja...

waktu itu, kamu sedang sakit.
selesma.
aku yang mengharapkan cumbu darimu,
tersungkur sepi dalam resah memikirkanmu.

aku nyalakan lagi roda empatku,
ke arah kota, sekitar 30 kilometer dari pondokmu.
lantas kau tertidur,
sepanjang putaran roda dan injakan gasku.

waktu itu, kamu sedang sepi.
dalam hatimu.
aku yang mengharapkan kasih darimu,
terdampar sunyi dalam menanti jawabmu.

aku tegaskan lagi dalam hatiku,
bahwa kamulah yang terbaik untuk jiwaku.
sayang kau lantas tertidur,
dan tak sanggup terjaga lagi, selamanya.

Remembering On|9:58 PM| dalam bimbang jawabmu

Deidre, kamu bisa saja.
pura-pura menyanjungku, lantas pergi.

sedikitpun tak merasa dosa.
hanya seperti cemilan saja hubungan kita itu.
one night stand, meski lebih dari satu malam.

Remembering On|9:52 PM| lebih satu malam, sebenarnya

sekembalinya rendah pada ketinggianmu,
aku acungkan salut tak bertepi.

bagaimana tidak,
hatiku rancu.

kau pergi tak berkesan,
tapi justru datang dan tak ingin dilupakan.

Remembering On|1:55 AM| come back

+ + + + +
Wednesday, June 16, 2004

aku tidak mengerti kapan,
aku hanya ingin selamanya, bersamamu.

Remembering On|9:48 PM| waktu

konon, tawanya adalah neraka.

aku rontakan kata-kata lelucon,
dan memancing batinnya terhibur rupa.

konon, tawanya adalah neraka.

aku tanamkan pemikiran itu dalam-dalam pada benak,
tepat ketika tawanya melarikan kekasihku.

Remembering On|9:44 PM| selingkuh akibat tawa

di sebuah tempat,
melewati senja,
aku membuat janji hati.

andai nanti kutemukan seseorang
yang mampu menghuni jiwaku dengan terlalu,
maka akan kunikahi dia dengan hati dan religi.

sungguh kukatakan,
hidup terombang dalam keegoisan ternyata semu.
begitu maya,
seakan kau terlahir bukan sebagai dirimu.
kau butuh pelengkap.

lantas,
di sebuah tempat, menjajari senja,
aku seakan tahu.

aku sepertinya tahu
bahwa aku akan melengkapi hidupku.

Remembering On|9:31 PM| walking (untuk yang telah/pernah menikah)

aku melihatmu sendirian di sebuah sofa, tanpa kopi.
tanpa red wine pula di genggammu.
kamu bahkan meredakan canda dan diskusi sekelilingmu,
jika mereka menatap ke arahmu.

tunggu sebentar, ya!
aku akan cari nomor ponselmu pada seseorang.
aku akan hubungi kamu,
sekaligus mengajakmu keluar untuk berbincang.
atau sekedar bermain ayunan, sambil diam sekalipun.

maaf, ya, aku tidak bisa menghampirimu.
kamu kan tahu
bahwa kedekatan terjauhpun diantara kita adalah terlarang.

Remembering On|5:09 PM| dilema #2

kamu bilang,
hujan itu resah.

aku jadi bertanya,
sejak kapan alam punya perasaan.

kamu bilang,
aku itu malaikat.

aku semakin bertanya,
sejak kapan aku punya sayap untuk terbang.

kamu terdiam, lantas berkata perlahan :
'sejak kamu melakukan hal-hal spontan terhadapku.
Mungkin saja, semuanya penuh dengan rasa sayang.
Semoga saja, itu bukan pura-pura.'

Remembering On|5:03 PM| spontan

namamu sulit kulafalkan.
Laigna Magilati.

aku panggil saja Ina.
bukannya Nana, takut dikira Nana Panjang, Nana Pendek.
apalagi Gila.

wajahmu sulit kulupakan.
eksotis, melekat terus di ingatan fotografikku.

aku lukis saja dalam sketsa.
bukan dicari padanannya di Playboy,
atau Popular, dalam lingkup lokal Indonesia.

ucapmu sulit kutirukan dalam kenangan pendengaran.
aku harus mendengarkannya lagi dan lagi. terlantun parau.

aku datangi saja terus taman bermain itu.
dimana kamu bersanding tawa dengan belasan manusia kecil bawah lima tahun.
untuk menjemput suara dalam drama bercerita dongengmu pada mereka.

Laigna Magilati.
Suatu saat nanti, panggilanku ini akan kusuarakan lantang terhadapmu.

Remembering On|4:49 PM| sang guru TK

wajar, aku rasa; kemarahanmu itu.

aku tidak akan pernah menyalahkan cinta,
atas perilakumu yang mengagetkan.

mungkin, malah aku yang salah,
telah berani mencatatkan sakit di hatimu.

maaf, teman baik(yang pernah menjadi kekasih)ku!
marahmu itu tak akan merubah keputusanku.
aku tetap harus pergi.
besok.
atau beberapa detik lagi.(kalau kau masih mencecarku dengan amarah itu)

simpan saja kasih itu,
dan tumpahkan marahmu.
tapi jangan kau tahan aku,
karena cinta tidak untuk kau paksakan.

Remembering On|4:35 PM| keputusan (lagi)

aku beranjak, menemani malam.

kugenggam johnie walker, menggagahi dingin,
dan merentang menggeliat mengubur dirimu.

haruskah aku arahkan langkah ini tak teratur?
sambil menunggu saja akan terbentur nanti di sebuah ciuman?
sepertinya, aku memilih tidak.

aku beringsut, meninggalkan malam.

kuhabiskan tegukan, merasakan hangat,
dan menuliskan sebuah kenangan tentangmu.

titik.
sebatas kenangan saja.

Remembering On|4:25 PM| street of memories

kembali saja pada hatimu,
jikalau aku, hanyalah dermaga sementara.
dimana kau hanya menemukan jalan antara.

berhentilah berkunjung pada hatiku.
jikalau kamu, hanya tawarkan cinta sesaat.
dimana aku hanya kau ambil manfaat.

Remembering On|4:19 PM| stepping stone

+ + + + +
Monday, June 14, 2004

pasti kita bisa.

besok, aku akan datangi pak lurah.
aku akan meminta keringanan.

kau,
kau pikirkan saja kesehatan jabang bayi kita.
makan yang banyak, tidurlah yang cukup.

besok, aku akan urus semuanya.
tak perlu khawatir lagi.

bertumpuk rupiah, berapapun,
akan aku renggut.
asal manusia kecil kita menjejak permadani,
ketika menghampiri.

Remembering On|9:50 PM| manusia kecil

entah rindu pada siapa aku siang ini.
tergerak saja ruas kerinduan itu,
mungkin secara tanpa sengaja.

aku ingat-ingat lagi beberapa wanita penggerus kesepianku.
dari abjad a sampai z.

diakhir pencarian, aku malah terdiam ganjil.
karena rindu itu, tidak tahu harus bertuan pada siapa.
seperti....untuk seseorang di luar ingatanku akan wanita-wanitaku.

Remembering On|1:27 PM| misterius

air mata menggantung demikian berat di penghujung pelupuk.
tak berani menetes, atau merayap pada liuk pipiku.

aku laki-laki.
aku tak boleh menangis.
(mungkin sebuah kebodohan gender)

kau cuatkan bayanganmu di tengah air mata itu.
dan kalau menetes,
akan mengiris ujudku dengan pedih tentangmu.
akan menenteng, seakan ringan, beban setelah menepikanmu.


Remembering On|6:28 AM| air mata

aku jamin,
lubuk tak pernah akan tertawa
meski aku bubuhi terus aroma kopi
pada cangkir-cangkir kayuku.

aku apatis.
aku pesimis.
jadi, maafkanlah aku.

aku yakin,
kau, pengembara rasa, akan datang padaku lagi.
menagih janji, ingat pada tuturku dulu.
untuk percaya pada hati dan cinta.

aku terkikis.
aku habis.
jadi, hukumlah aku.

rasa itu seakan enggan menungguku.
enggan kutemukan dalam pencarianku.
rasa itu mencibir.
menekanku, sedangkan aku benar-benar tak punya jawaban.

Remembering On|6:24 AM| ketika harus

tanpa mata, lelapku dengan buta.
gusar hati, jelangku dengan rapuh.

matikanlah harapan mencurahkan keinginan,
terutama jika hanya pedih di ujung cahaya.
tutupilah pesona fana kehidupan atau sekedar bayang,
apalagi kalau aku sulit menghela nafas.
pertemukan saja aku dengan Tuhan,
atau setan,
untuk terakhir kalinya sebelum aku hilang.

Remembering On|6:21 AM| hilang (mungkin)

+ + + + +
Sunday, June 13, 2004

cintanya adalah permata.
hingga seribu tahunpun, tak akan berubah.
tetap untukku.

cintanya adalah surga.
namun aku membutuhkan malaikat
untuk memberikan keyakinan.

dan malaikat itu belumlah datang.
jadilah aku berkelana.

Remembering On|3:58 PM| 4 sure

apakah sejuk yang menancap gahar di tengkukku itu adalah akibat hembusanmu?
juru arahku menepuk keras, sambil mengiyakan tanya itu.
dan sebelum tanya berdengung lagi, dia menepukku lagi.
'hampiri! dan berterimakasihlah!'

Remembering On|6:19 AM| muchas gracias, senorita!

ruang itu sempit,
walaupun tanpa badanmu lagi terbujur di situ.
tanpa terebahkan lagi tubuh-tubuh lelahmu itu.
tanpa tertopangkan lagi diam renungmu itu.

ruang itu sempit,
menggambarkan kerinduan.

aku bergumam sedikit saja,
kemudian gema menggonggongku.
meminta aku segera membawakanmu ke sudut itu lagi.

aku terduduk sejenak saja,
berputarlah lantas langit-langit hingga membangkitkanku lagi.
seperti tegaskan bahwa ruang itu benar-benar sempit.

ruang itu sempit, kekasih jiwaku!
jadi katakan saja, dimana bisa kujemput dirimu lagi?

Remembering On|5:50 AM| a room with no number

beroleh mata ini akan ketenangan pandang.
mengalahkan segalanya.

jadi, janganlah kau berlalu.
dan biarkan ruh itu selalu terjaga untukku.

Remembering On|5:42 AM| sofa

+ + + + +
Saturday, June 12, 2004

seorang pejalan kaki paling rapih yang kukenal tiba-tiba mengajak menyudut.
memberikan tawaran perbincangan panjang lebar.
tentang apa saja.
dan ternyata, juga tentang kamu.

sungguh, aku tercekat dan sulit menghampiri akal sehatku!
dia datang, dan menuliskan namamu dalam mata sendunya.
dia bilang, 'mentari itu mistis sekali untukku.'
'lantas?'
'seorang bidadari di ujung senja mengirimkan salam,
atau tepatnya, ungkapan kerentangan tanya dalam hatinya.'
'bidadari?'
'ya. apa ada yang hendak kau katakan?'
'tentu. menghamburlah lagi pada bidadari itu dan katakan sesuatu ini.'
aku berbisik, entah atas dasar waspada akan apa.

dia kemudian masuk ke dalam pendar cahaya senja, dan tertelan tak terlihat lagi.

apa mentari masih akan bersinar mistis esok,
dan membawa pejalan kaki yang lain?

Remembering On|7:37 PM| mentari mistis

dan datanglah ciuman itu.
menggantikan kata-kata.

sepanjang tatapan berjam-jam tanpa kata-kata,
lantas kau berikan ciuman,
tepat di beranjakku dari teras kita.

kuberikan hari ini sebagai taburan permata.
Kita biarkan sepotong darinya,
menghambur mengisi relung perhiasan jiwa kita.

Remembering On|6:51 PM| terkecup

aku mengerti hatimu sepi.
aku mencoba untuk mengerti.

mari kita ke taman ria,
dan tertawalah bersamaku.
bila kau hanya mampu menikmati secara semu,
tak perlu menjelang kekhawatiran terlalu.
kita masih punya sisa hari.
aku masih punya rahasia tersembunyi,
yang hendak guratkan ceria di matamu. mencoba lagi.

aku paham batinmu jatuh berdebam.
aku berusaha untuk paham.

mari kita bercerita dongeng,
tentang pangeran dan putri di atas awan.
hidup juga seperti dongeng.
kita juga adalah dongeng.
selalu ada kemungkinan akan adanya akhir bahagia.
mari kita rencanakan skenarionya.

Remembering On|11:44 AM| dongengmu

kelak mata menjadi buta,
jika hanya sentuhan setan yang ditatap.

asap-asap dalam dosa tak pernah berhenti dikepulkan.
bau-bau alkohol terus membaui mulut tercumbu dengan sengaja.

kelak hati menjadi gelap,
jika hanya ajakan setan yang dituruti.

Remembering On|11:38 AM| setan

+ + + + +
Friday, June 11, 2004

dia adalah jatuh cinta.

entah apa yang merasukiku,
dia kemudian datang mencemooh.
meracuniku dengan pesona semu,
membobol tirai pelindung hatiku.

dia hanya mampir sebentar,
dan pergi setelah menempelkan harapan pada jiwaku.
mungkin, karena takut. atau apa.

mungkin pula, karena sengaja.
memberikan kesempatan padaku, memahami arti pedih.

dia adalah jatuh cinta.
walau bagaimanapun, aku berterima kasih padanya.
atas tangis sesungguhnya dari mata hati ini.

Remembering On|11:30 PM| jatuh cinta

tertawa saja sepuasmu.
di sini.
di kamar ini.

tapi, sekeluarnya kamu dari kamar ini,
mati kamu!

kamu hanya bisa menertawaiku di depan mataku,
tidak di depan mata semua orang.

aku memang tak waras, sangat gila,
namun aku masih bisa menghujamkan pisau di dadamu.

Remembering On|9:15 PM| right here, laughing out loud

aku pernah mengingat.
tapi itu dulu, ketika masih memanjakan kenangan.
saat masih terlalu biru karena kamu pergi.

bayangkan saja,
aku pernah menuangkan coca cola di sarapan pagiku,
hanya karena itulah minuman kegemaranmu.
aku pernah memaksa sosok imajinerku berlari lincah di supermarket,
sambil membayangkan bahwa itu adalah kamu.
aku bertahan selama berjam-jam di tegukan kopi,
karena tegukan-tegukan itu kerap menjemputmu.

dan banyak lagi hal lain.

aku pernah mengingat, kekasihku.
tapi itu dulu.

kini, aku memilih diam dalam lubang sendiriku.
tanpa ingatan apa-apa, bahkan tentang diriku sendiri.

Remembering On|9:08 PM| ingatan

sejenak, aku tertegun dengan suaramu.

aku ingin melintas saja di radius teraman
dimana suaramu masih mampu kudengar.

Remembering On|8:33 PM| suaramu

janggal terasa, kata-katamu, Pak!
seperti kau tak pernah muda saja.

klise, kata-katamu, Pak!
kau pun tahu bahwa semua itu terkadang hanya sebatas teori.

kau pun mengerti, Pak.
seharusnya, kau mengerti.

wanita bermasa lalu buruk itu (menurutmu),
adalah yang aku cinta.
tak bisa kupungkiri.
tak bisa aku berbohong untuk rasa.





Remembering On|6:49 PM| ujar Bapak

tidak.

aku tidak menipumu.
tidak membohongimu.

tidak.

aku tidak jauhkanmu.
tidak menutupmu.

ini lebih karena jiwa.
jiwa terutama ingin melengos seorang diri.
setidaknya begitu,
sampai keyakinan itu menjemputku.

Remembering On|6:06 PM| tidak

ada gunting di kamar sebelah.
hanya itu saja yang bisa kamu gunakan,
untuk membunuh dirimu sendiri.

aku tak menyimpan pisau,
atau bahkan pistol.
racun?
yang tersisa hanya sekaleng baygon kosong, tak berisi.

jadi gunakan sajalah gunting itu,
dan aku akan segera pergi dari kamarku.
berkemas.
karena aku tak ingin menyaksikanmu melepas nafas terakhir itu.
apalagi setelah aku tahu,
bahwa aku tak bisa mencegahmu lagi.

Remembering On|5:58 PM| bunuh diri

di sisa nafas yang tercekik pada malam hari itu,
tak pernah terbayangkan kalau kamu akan datang.
memberikan nafas yang baru.
melanjutkan harapan.

hanya satu menit kamu datang,
kemudian berlalu lagi menggoreskan jejak.

aku bubuhkan lantas, nafas itu..
menyambung ketercekatan tadi.
menyambung kenihilan nafasku.

namun aku tak mengerti,
dimana hendak kutaruh dirimu dalam hatiku.

Remembering On|5:51 PM| pencantuman dirimu

+ + + + +
Monday, June 07, 2004

inginku membahas sarapan pagi denganmu.
dimana sesekali, dalam kusut bedcover hangat.

kamu selalu suka kentang tumbuk, kan?
aku buatkan untukmu, hai white musk girl!
aku buatkan.
kalaupun kamu bangun lebih pagi dariku,
akan kutahan kau di rebahmu
dan biar aku saja yg hampiri deru-deru penciptaan selera.

Remembering On|6:18 AM| sarapan pagi

tadi malam,
aku sejajarkan langkah denganmu
dan kerap kunikmati setiap detiknya,
kelahiran bulir-bulir rasa.

aku lupa pada semua keterbatasanku.
sama khilafnya pada (mungkin) kekuranganku.

bukan double espresso yang cegah kantuk hingga selarut ini,
melainkan posesifitas sebuah bayangan dalam pemikiran.
bayangan tentang betapa indahnya melewatkan waktu bersamamu.

Remembering On|3:52 AM| tadi malam indah

entah apa yang harus kulakukan dengan cinta.

berjamur sudah tangan ini menjejakkan telapak pada kasih,
membelai.
memeluk.
menghapus air matamu.
menjagamu.

entah apa yang harus kukatakan tentang cinta.

definisi itu hanya bisa kudapatkan ketika bersamamu.
secara hati.
secara jiwa.
secara fisik.
secara bentukan kodrat manusia. kodratku. kodrat kita.

entah apa yang harus kulakukan dengan cinta.

terlalu meraba dunia yang kosong ketika merajutkan benang cinta dalam kebimbangan.
terlalu menjejalkan kehampaan ketika hanya mampu menggoreskanmu sebagai kenangan.
terlalu marah jiwa ini ketika mengetahui demikian sulitnya.
demikian sulit mengatakan pada diri sendiri bahwa aku tersesat dalam cinta.

Remembering On|3:27 AM| tersesat

+ + + + +
Sunday, June 06, 2004

tak ada yang bisa menghubungiku malam ini.
tak seorang pun.

aku hanya menitipkan sepi teramat pada malam.
tak ada kunci pembukanya.

Remembering On|8:09 PM| isolir

tidak ada yang bisa memutar nomorku malam ini.
tak seorangpun.

aku hanya menitipkan sepi pada pemburu hadirku.
aku memilih sepi.

Remembering On|7:06 PM| terkucil sekali

panas saja keseharian itu,
sampai kamu berani datang dan menciumku lembut.

Remembering On|9:40 AM| anugrah

kamu meninggikan binar matamu sekali lagi.
kamu tertawa.
kamu terdiam, memandang penuh kasih.

aku ingin menggantikan kelincimu,
hanya untuk menatap erat binar matamu itu,
langsung ke teras jiwa penuh kasih.

dan aku harus mengenalmu, suatu hari nanti.
bukan hanya sekedar mengamati dunia mainmu bersama kelinci putih itu.
bukan sekedar terjaga jauh lebih pagi, untuk menunggumu di taman ini.
bukan sekedar mengabadikanmu dalam jepretan-jepretan rahasiaku.

Remembering On|9:26 AM| mata sang tukang foto

jadikan aku sepotong ingatan saja untukmu.

jika duri adalah selalu yang kutawarkan,
maka benamkanlah keinginan untuk menyentuhku.
jika tangis selalu membimbing jalanmu bersamaku,
maka gugurkanlah hasrat untuk bertemu.

aku bisa segera pergi darimu
atau membatasi diri dengan hanya melihatmu dari kejauhan

aku sudah cukup bahagia
jika masih kulihat dirimu mengenakan baju hangat itu,
di tengah jalanan yang dingin,
dengan sepotong ingatan tersisa dalam baju hangat itu.

Remembering On|9:10 AM| sepotong ingatan dalam baju hangat

+ + + + +
Saturday, June 05, 2004

berikut hati menjadi kerut, di tengah dingin sikapmu.
buktikanlah ketidaksesuaianku meraba cahayamu,
karena dalam cermin, sosokmu adalah bidadari.
kamu adalah pembentuk keinginan menjelang nafas lagi.

besok, malamku akan jauh darimu.
entah ketakutanku atau bukan,
aku rasa purnama itu tidak akan menyampaikan kerinduanku padamu.
purnama akan diam dan memilih menjamah dingin.

lembar-lembar surat saja tak cukup.
aku telah ketahui sulit
untuk menyatakan sejurus harapan lewat media duniawi.

bertenggerlah aku lantas pada halte
dan membiarkan antaranku lari tanpaku.

dan beberapa detik dari sekarang,
akan kuhamparkan selembar harapan panjang,
di beranda bidadari.

Remembering On|10:47 PM| beranda bidadari

kopinya mulai dingin, Sabrina!

setiap lelaki kadang memang harus memenuhi ajal sebuah cinta.
hingga kini tibalah giliranku.
namun aku masih menyisakan sebuah perbincangan singkat denganmu.
ditemani kopi favoritmu.

dan di depanku kini, kopimu mulai beranjak tak beraroma lagi.

aku sungguh berharap kamu bisa datang malam ini.
selalu ada sisa pedih ketika purnama.
dan setidaknya, aku memintamu untuk tegukan perpisahan damai.
ditemani kopi favoritmu.


Remembering On|5:58 PM| kopi favoritmu

siapa yang tidak kaget dengan sapaan tiba-tiba?
meski dengan kata-kata sederhana
yang tidak lebih dari tiga huruf saja.

sapaan darimu.

Remembering On|5:51 PM| sapaan

kau berlari, aku kejar.
dalam tawa.

kau bicara, aku tatap.
dalam kesan.

kau diam, aku hampiri.
dalam kasih.

Remembering On|5:49 PM| dalam rasa

aku sudah tahu jawabannya.
tanpa perlu kau ucapkan lagi.
percuma.
buang-buang waktu.
dan menjentikkan sakit lagi hingga habis rasa.

kamu tetap masih ingin menungguku.
sementara aku sudah menancapkan patokku pada sepi.
pada sunyi.

Remembering On|5:45 PM| untuk sepi

+ + + + +
Friday, June 04, 2004

raja kesedihan menambah kadar tangis mataku.
aku menjadi merasa manja pada tutur wanita penampung cerita.
terutama karena reda itu kerap ada.
kerap manis.

kerabat kesedihan tak puas.
dibenturkanlah olehnya tembok-tembok arogan jalan keluar,
hingga perlu diminta dengan mengemis ratap.
dengan meronta mengiba.

aku tak akan mengemis.
tidak pula mengiba.
semoga saja wanita penampung cerita itu mengerti,
bahwa aku berhenti bukan karena melimpahkan keputusasaan.

Remembering On|9:20 PM| mari menangislah

berputar kelilingi untaian rasa,
aku meloncat kegirangan di depan hatimu.

itulah akibat ketulusanmu.
dan aku telah menghadiahkan diriku sendiri,
dengan kesan terindah itu.

Remembering On|9:06 PM| ketulusan

sudah tidak ada rasa tertentu dalam ucapanku hari ini.
kalau memang sedikit tersirat, maaf.

sudah tidak ada intensi terlalu ketika menatapmu.
hanya sedikit pandangan masa lalu. wajar, kurasa.

sudah tidak ada kamu, mungkin itu masalahnya.
kalau memang masih mau mengingatmu, itu pilihanku.

Remembering On|8:33 PM| mencoba yakinkan

+ + + + +
Wednesday, June 02, 2004

enggan saja membujukmu.
enggan pula memujamu.

aku gundah mendatangkan kenduri pada bayangan masa depan.
persis dengan pertentangan kotak-kotak rasa di lautan keinginan awalku.
aku lelah menenteng kertas-kertas rencana berisi alihan hati, matangan jiwa.
karena aku selalu harus menghentikan laju-laju emosi tak tertahan.

kenapa marah yang terlintas ketika menjumpai ingatan tentangmu?
kenapa gundah yang lewat ketika merasakan cinta darimu?
kenapa gelisah ketika tahu harus menjejalkan kasih, selalu bersamamu?

aku enggan melihat mata penuh kasihmu lagi.
sama enggan dengan maksud lama untuk menorehkan tinta emas untukmu.

Remembering On|12:11 PM| enggan

aku bangun di tengah senja yang rentan.
terantuk kemudian mata itu pada sisa minumanmu di lantai.

saat suara terlantangkan dari mulutku, memanggilmu,
aku sebenarnya sudah tahu.

bahwa kamu sudah jauh pergi dan tak akan kembali.

Remembering On|10:22 AM| kepergian pada senja

+ + + + +
Tuesday, June 01, 2004

terkadang sulit menjaga kerapuhan hatiku.
terutama karena wanita.

wanita ini tercinta tanpa alasan.
aku juga tetap menjauhkannya dari keinginan memiliki.
terlalu banyak prahara.

namun sungguh sulit, selalu menempatkan hati pada utopia.
atau pada kekakuan.
terutama ketika tergoncang kecemburuan yang tidak perlu.

Remembering On|10:51 PM| tetap saja terdelik

layak dibenahi butiran pemahamanku atasMu.

aku merasa diruntuhi langit secara utuh dan tak bertepi.
menepuk pundakku hingga sulit melangkah mencari telaga penyegar.
bahkan untuk meneruskan tujuan semula pada kemungkinan senyuman.

aku merasa tertawa dalam remah-remah kegalauan dan hampa.
menggelitik ruang-ruang kelakar dan kepuasan hingga lelah rebahku.
hingga rebah itu melahirkan resah tak keruan, menggerogoti kenangan keriangan.

layak dibubuhi ketulusan pengetahuanku tentangMu.
karena aku sungguh terlalu bodoh dalam regukan kekinian
dan semoga nurani mampu menolongku.

Remembering On|10:37 PM| atasMu

hendak terlelap menjadi urungku pada mimpi.
melintas ngiang maumu di telingaku yang rawan.

bicaramu memang pelan,
namun gendang telinga kirim gema suara
hingga menembus sebagian pada rambut.

tingkahmu memang biasa,
tapi penat otak kirimkan pesan singkat,
hingga syarafku nyaris berhenti.

karena malu tak bisa manjakanmu.

Remembering On|5:50 AM| pemenuhan mau

+ + + + +

Photobucket Photobucket