Kutorehkan saja kata, pada jiwa... ______Trapped In Here...------

about . . .

Name: dhank Ari
Bdae: March 22nd
ICQ:
MSN:
Alt E-Mail: dhank_ari@yahoo.com

Boleh dikunjungi

|imajinasi kata|
|
imajinasi visual|

Rancangan Situs oleh

|F_ggie|
|
CHC|
Tuesday, August 31, 2004

dimana kamu sembunyikan setengah nafasku, kekasih?

aku yakin, ada di balik senyummu.
aku berseru terus bahwa aku tahu kau menyimpan semuanya itu.

Remembering On|4:35 PM| setengah nafas

kerut keringat sempat tampak
sebelum jatuh berdebam tanpa suara
di pusaran pemikiranmu.

kamu tahu aku sudah lelah berusaha
dalam menemuimu.
kenapa kamu tak kunjung berbaik hati padaku?

kamu tahu langkahku sudah diseret,
bukan lagi tegap gempita ketika pertama mengenalmu dulu.
kenapa senyum pun sangat mahal kau amalkan untukku?

kamu tahu aku lelah, kekasih mayaku!

dan meski tak ada yang bisa kukatakan secara langsung kepadamu lagi (kata-kata sudah habis),
kukirimkan saja degupan keringatku.
untuk sekedar ingatkan bahwa cintaku tak akan pernah berhenti meski lelah.
meski keringat semakin menipis karena menjelang habis akibat mati.

Remembering On|10:32 AM| optimis dalam lelah

kok ramai ucapanmu?
tak bisa berhenti lontarkan utas-utas kata kekesalan
utas-utas kata kemarahan
terus dan terus,
sampai memerah telinga, sampai abstraksinya sekalipun

aku terlanjur memahami testimoni alam terhadapku
sehingga aku sulit menerima sikapmu itu;
yang sedemikian mudah memanjakan kekuatan mulut untuk berbicara
seakan lupa pada kekuatan dan mantra jahatnya.

mulutmu adalah harimaumu.
mulutmu adalah potensi sebuah jantung sembilu, pembunuh ketenanganmu.


Remembering On|10:19 AM| ketika mulut berbicara

juklak hati sudah dipertaruhkan.

selain melibatkan keakuanku,
kau merengek minta diikutkan.

dunia memang sudah gila!

semua berjudi.
banyak yang melangkah dengan ketidakpastian,
atau hanya menuruti arus.

kuburan jiwa terus menempel erat di pipimu sebelah kiri.
kau bukannya berkeringat ketakutan,
malah melonjak kegirangan,
meletupkan adrenalinmu.

Remembering On|10:03 AM| mengikutiku

aku di sini.
akulah lelakimu.

aku terkadang terlambat menemuimu di malam hari.
tapi aku tetap disini, kekasihku!
Sebagai lelakimu.








Remembering On|9:53 AM| lelakimu

jejali langkah pagi ini
dengan ingatan akan tegukan kopi.

penuhi kerumunan daun meranggas pada setapak
dengan seakan-akan kafein pembuai jiwa.

aku mungkin salah memilih untuk sendiri
apalagi dengan cintamu yang tidak tertahankan itu.

Remembering On|9:38 AM| strange

+ + + + +
Monday, August 30, 2004

bagaimana hendak kuhancurkan kelopak bunga,
sementara tumbuh saja masih tersendat
oleh keraguan untuk melangkah?

Remembering On|2:47 PM| asumsi sepihak

hampir tertikam pisaumu di hatiku
hampir aku melonjak kegirangan
atas penganugrahan cintamu kepadaku.

sudah ada persetujuan untuk kisah kita,
ketika mendadak kau urung coretkan nyeri pisaumu
atas konsekuensi cinta yang kita sepakati.
(atau aku sepakati)

sudah berwarna gambar hitam putih kita oleh cinta.apalagi, kita telah siap untuk terluka.

entah apa yang merasukimu.
kamu hanya merobek perjanjian kita
dan memesan meja yang lain yang bukan meja yang aku pesan
untuk makan malam pertama kita sebagai kekasih.

di sebuah restoran tak ternama di ujung jalan proklamasi.

Remembering On|2:42 PM| reservasi (terbatalkan)

benar lama.
sungguh!

berikan saja aku satu senyuman saja.
dan itu cukup!
lantas pergiku ke arah lain,
berlawanan denganmu.

Remembering On|2:39 PM| ketika cukup menjadi kompromi

rencananya, malam akan aku isi dengan air mata.

aku jadi ingin tahu,
apa benar kamu akan menemui lelaki itu
di ujung jalan Malioboro.

aku tidak akan membunuhnya, tenang saja!
aku juga tidak mungkin membunuhmu.

aku hanya akan menjabat tangan air mata,
dan pergi menjauh dari sentuhanmu
yang akan segera menjijikan.

Remembering On|2:28 PM| selingkuh

+ + + + +
Sunday, August 22, 2004

jarang sekali mentari terbit dua kali dalam satu hari.

dan saat ini,
adalah salah satu dari saat-saat indah itu.

saat ini,
adalah saat aku melihatmu lagi.

Remembering On|4:19 AM| suatu saat

manusia kadang lupa pada mulutnya.

berbicara lupa dipikir
tersenyum lupa untuk tulus
mencium pun, seringkali lupa pada hal-hal yang jelas dilarang

mulut manusia mungkin bukanlah plastik,
melainkan lubang ventilasi yang kadang tidak dibatasi kelambu.

Remembering On|4:11 AM| lubang ventilasi

+ + + + +
Thursday, August 19, 2004

ada apa di bola mataku?

selalu tidak timbul keyakinan dalam dirimu
setelah menatap mataku.
selalu mencekam katamu pada diri sendiri
setelah mencokok pandangku.

aku pernah memiliki keyakinan
bahwa pandanganku adalah surga
bahwa tatapanku menghapuskan dahaga

adalah teduh
adalah kedamaian

apa semua telah hilang dan sulit terbangun kembali?

Remembering On|9:24 PM| mataku

satu hal yang aku pinta,
jangan pernah duakan cintamu itu.
untuk siapapun.

satu hal yang aku cinta,
dermaga hati tulusmu itu,
untukku.

Remembering On|9:16 PM| dermaga hati

acap peluk menjadi doa,
ketika erat tidak terbantahkan oleh gundah.

sampai mana aku harus memegang tongkatku sendiri,
tanpa kau memapahkannya untukku?
bisa saja aku bertahan,
tapi sepertinya lebih baik jika berjalan bersama, kurasa.

Remembering On|9:11 PM| peluk

+ + + + +
Wednesday, August 18, 2004

kamu lihat apa dalam jujurnya pagiku?

setelah bercinta semalaman,
dan terbangun di jajaran nafas-nafas terkini,
kesan apa yang termaktub dalam benakmu?

aku terbius keingintahuan, kekasihku.
sungguh.

aku sepertinya memerlukan itu,
sebelum aku memetakan langkah hariku hari ini.

Remembering On|11:21 PM| setelah bercinta

kamu adalah seseorang yang akan selalu aku cintai.

adalah pendengaranku yang tajam akan keganjilan jiwa.
dan tidak ada keganjilan dalam dirimu.
tidak ada pendengaran yang terganggu.

kamu adalah mataku dalam menyusun cita-cita mataku.

kamu tahu rasanya berenang dalam kesedihan?
kamu bahkan sulit mengundang air mata pedihku.
kamu hanya bisa menjatuhkan air mata haruku,
atas kehadiran dirimu di depanku.

Remembering On|10:41 PM| kamu

aku mencabut tongkat pemukul kebencian
dan menanamkan cinta pada lubang yang tertinggal.

aku sudah bertemu bidadariku tadi malam, seperti mimpi.
aku bahkan sudah berbincang panjang lebar
hanya lewat mata.

tidak ada lagi keyakinan yang lebih besar
dibandingkan keyakinanku untuk bersamamu.

tidak ada keinginan lagi selain mendudukan diriku sendiri
untuk selalu bersampingan batin denganmu.

Remembering On|10:36 PM| dialamatkan

sama sekali aku sulit mencintaimu.
sama sekali sukar.

itu berarti malam akan menjadi lebih panjang
di seluruh drama ranjang kita
itu berarti senja akan menjadi lebih lama
di seluruh tegukan kopi kita

sama sekali tak ada kata untuk menyusutkan dirimu
sama sekali diam.

aku diam.

Remembering On|10:29 PM| sama sekali

pertama,
pernah ada kata-katamu yang menjenguk ruang cinta hatiku.

kedua,
pernah ada senyuman manis bermuatan sayang darimu padaku.

ketiga,
pernah ada keberadaanmu yang berarti luar biasa pada detikku.

keempat,
pernah ada keinginanku memilikimu.

jadi meski pertemuanku denganmu sudah sangatlah usang,
apa aku salah ketika mengabarkan berita
bahwa kita bisa memulai sesuatu yang baru diantara kita?

Remembering On|9:59 PM| untuk memulai

tampar!
aku ingin berseru pada bidadari khayangan (jika ada)
untuk meminta tamparan pada keheninganku.

jambak!
aku selalu berharap sakitnya cinta dapat menjambak sisi batinku,
memberikan warna-warna atas kesunyianku.


Remembering On|9:53 PM| gerak mungkin lebih baik

alangkah lelah sudah darah meneteskan harapan di ujung hati..
beberapa patah kata putus asa kemudian keluar sebagai spontanitas,
pada mendidihnya urat-urat otakmu yang lembut.

maafkan aku atas cacian dirimu sendiri padamu...
maafkan aku karena terutama tak bisa menolongmu..


Remembering On|9:39 PM| pada tiada

+ + + + +
Monday, August 16, 2004

akan ada di sana, takdirku,
bersamamu.

bagai pelukis lupa pada kuasnya
bagai penyair jengah dengan kata-kata


Remembering On|11:06 PM| down

akhirnya aku sodorkan sebuah pena.
aku minta kau menulis
dan jangan pernah ragu untuk berhenti di satu titik.


Remembering On|2:14 PM| tentang pena

dimana aku dibutuhkan,
hati akan menyegera tulus.

seperti sarapan pagimu selalu.
atas dasar cinta.

Remembering On|10:50 AM| sarapan pagi

pertanyaan terselip di sela nafasku yang menggelontor ke hirupanmu.
kemudian kau berlari dan jejalkan ciumanmu atasku.

kau selalu membungkam pertanyaanku
dengan ciumanmu.
entah karena apa.

Remembering On|10:19 AM| bungkam

aku tahu kau ada di luar sana.
aku mengerti kau belum bisa melambai padaku.

tapi sampai kapan akan kutunggu cinta?

apa tidak lebih baik jika aku mencari saja cinta,
dan mengkhianatimu yang belum bisa keluar
dari haribaanmu dan membukakan cinta untukku?

Remembering On|10:14 AM| ketika kondisi

di sini rindu.
ratus ribu tahun kesabaran asmara.

di sana kesetiaan.
ratus ribu rayu goda tercuai.

Remembering On|9:57 AM| hope

hapus jejak bibirmu di tengkukku,
seraya perih menggurat
bertalu.

konon, cinta tak merisaukan jejak.
konon, waktu menyembuhkan.

aku gigih, sayang, mempertahankan cinta itu.
aku terbujur renta, tanpa daya.

aku berputar dalam aroma keheningan,
serasa seluruh dunia mengelilingiku tajam,
dan ingin menghapus aku dalam tetesan tintanya.

Remembering On|9:47 AM| hapus

+ + + + +
Sunday, August 15, 2004

kita melambai perlahan pada masa lalu.
daun-daun pun jatuh,
berguguran.

kita berpegangan erat melenggang setapak itu lagi.
suara-suara pun bersahutan,
mencerca.

kita berpandangan lekat memenuhkan diri pada bincang.
buku-buku lantas terbuka karena tiupan misterius,
mencibir.

apa kita siap melawan alam, sayangku?

Remembering On|9:24 AM| pemberontak

apa kau pernah memburu sebuah pesan
yang sempat tampak di permukaan terluar seseorang
namun tak mampu terucap verbal secara nyata di depanmu?

jikalau belum,
bergegaslah berkemas dan siapkan senjata.

kalaupun kau mati,
akanlah ditemani bidadari penghembus surga.

Remembering On|4:43 AM| perburuan

andai malam penuh cinta,
akan kuajak kau menahan dirimu pada keterjagaan.
mungkin, kantuk beratlah yang datang,
tapi aku harap kau bertahan
karena inilah cinta yang kita nikmati.

andai cinta penuh kegelapan,
akan kuajak dirimu berdiskusi tentang arah cahaya.
mungkin, sama-sama meraba dalam kebutaan,
tapi aku harap mata lain berbicara
karena inilah gelap yang kadang dilewati.

Remembering On|4:34 AM| ketika gelap sulit cahaya

bencana meradang di ujung senyuman seorang wanita muda.
belum tersirat alasan,
atas episode-episode yang diusungnya.

temanku adalah Jefri.
seorang lelaki muda, sedang tanpa kepribadian.
dia merangsek tanpa logika
dan membeberkan kerapuhan dirinya
untuk berselimutkan erat bencana
di balik senyuman wanita muda itu.

Remembering On|4:28 AM| dibalik senyuman

+ + + + +
Saturday, August 14, 2004

aku tidak berpikir tentang kebijakan.

semua adalah cinta,
dan aku mencoba menyerahkannya pada tangan alam
agar bijak datang atas dasar cinta.
bukan pemikiran.

Remembering On|6:41 PM| bijak

selamat atas kemenangan sebuah kibul terbesar abad ini,
terhadapku.

jangankan meliuk untuk menghindar dari peluru,
aku bahkan tidak akan bergerak sedikitpun atas tongkat yang dipukulkan,
ke arahku.

gelap, seluruhnya.
pening, sepekat-pekatnya.

selamat sekali lagi,
atas perselingkuhan itu
dan mari kita bertemu di ujung pedang pemburu nafas, di bukit sebelah!

akan aku hentikan nafas-nafas sombongmu itu!

Remembering On|6:36 PM| selamat

pada petikan gitar itu,
kamu ternyata selipkan segigih perasaan cinta.

aku sempat malu atas ketidaktahuanku.
atas keengganan menatap matamu yang selalu tertuju kepadaku.

pada pekikan suaramu,
kamu ternyata menabuhkan gendang rasa terhalus menghujam hati.

aku hampir gagal topang kukuh batinku.
hampir terjatuh karena asmara, atas sisi memabukkan itu.

Remembering On|4:30 PM| asmara

kalah saja rasanya tembakau ini oleh sepi.

sudah berpuntung terabai berserakan,
sudah bergumul asap memenuhi nafas,
namun sepi tak kunjung menyatakan pamit.

kering saja hisapan tembakau
dan membentur kokoh kelambu kesunyian.

aku jadi ingin memanggilmu lagi,
sambil menyiapkan sembilu
untuk menyempurnakan sakitku.

Remembering On|4:26 PM| menentang sepi

otak itu rendah dan menusuk matamu lagi.
kau pun buta,
lantas kehilangan kepercayaan pada logika.

saat itu november.
awal-awal tahun masehi.

itulah pertama kali kita memagut senyum bersama,
dalam cucuran keringat harian di terik matahari yang panas.
itulah saat dimana kita berani menjadi jiwa,
dan tidak sembunyi dalam polesan tubuh-tubuh necis.

kemudian rumor pun datang,
lantas isu beredar jungkir balik,
tepat di saat aku berpuluh jam darimu.

cemaslah yang kemudian jadi alasan aku datang di sore itu.
dengan kereta malam pertama.

namuan terpaku justru jadi tindakan pertama,
ketika mendapatimu kehilangan logika,
dan memutuskan untuk berdamai dengan sisi otakmu yang terendah.


Remembering On|12:47 PM| ketika otak terendah termanjakan

aku menulis lagi.

dengan mata hati yang tersisa.
dengan tinta yang akan terus menetes.

Remembering On|12:38 PM| menulis lagi

+ + + + +

Photobucket Photobucket