Kutorehkan saja kata, pada jiwa... ______Trapped In Here...------

about . . .

Name: dhank Ari
Bdae: March 22nd
ICQ:
MSN:
Alt E-Mail: dhank_ari@yahoo.com

Boleh dikunjungi

|imajinasi kata|
|
imajinasi visual|

Rancangan Situs oleh

|F_ggie|
|
CHC|
Saturday, February 26, 2005

Image hosted by Photobucket.com
hendak tetapkan nafasmu sebagai kekasih abadiku,
aku tercenung dalam kebahagiaan luar biasa.

ini belum pernah kurasakan sebelumnya!!
melainkan baru saja.
beberapa menit yang lalu.

Remembering On|4:51 AM| beberapa menit

+ + + + +
Tuesday, February 22, 2005

Image hosted by Photobucket.com
cinta bukan berarti sekarung mawar yang kau berikan kepadaku.
cinta kuartikan lebih pada sekarung kerikil yang kau suguhkan.

sekarung mawar lebih mungkin membuaiku.
menyenangkan dan melegakan, bahkan meninggikan rasaku.
namun juga mungkin membuatku lupa.
sekarung mawar lebih mungkin membuatkanku tawa.
namun kamu juga tentu tahu bahwa kadang lebih mudah membagi tawa dan keceriaan.

sekarung kerikil mungkin buatku tersandung,
ketika disebarkan di sepanjang setapakku menuju pintu surga jiwa.
namun disitulah aku dapat merasakan kepedulianmu,
terutama pada bagaimana kau akan berada di sisiku
ketika aku tersandung dan mungkin merintih pada sakit yang terlalu.

Remembering On|3:25 PM| sekarung sesuatu

sambil menjelang terang,
aku menuliskan namamu dalam formulir cinta
yang diberikan malaikat pencabut nyawa.

mereka akan menjagamu, kekasihku...
hingga kau tak perlu khawatir akan kepergianku.

Remembering On|2:59 PM| ketika menjelang mati

kalau sampai aku sempat menaruh sampan di beranda rumahmu,
itu karena aku ingin mengajakmu secara halus
untuk melintasi selat itu.

tidak.
tidak dengan sampan itu,
melainkan dengan perahu layar yang tentu saja memadai.

aku harap kamu mengerti,
mengapa penting sekali melintasi selat itu bersamamu.

kamu ibarat selimut hidupku.
kamu ibarat perhiasan tujuan nafasku.

jadi sungguh tak mungkin aku melintasi selat,
menjunjung keriuhan gejolak kehidupan di tanah seberang
tanpa kubawa nafas yang akan sambung nyawaku,
juga tanpa bawa selimut yang akan cantumkan kehangatan dalam dingin-dinginku.

apalagi jika aku berpikir,
betapa ompong dan bolong jiwa ini
ketika tak mampu memberikan seluruh sisi terbaik itu untukmu.

aku melintasi selat untuk mengembangkan dimensi hembusan terbaik dariku,
yang tentu saja akan memberikan cermin terbaik pula untukku.
dan aku ingin cermin itu justru memberikan yang terbaik untuk kita, kamu dan aku.
tidak hanya aku.

Remembering On|2:47 PM| lintas selat

+ + + + +
Friday, February 18, 2005

poles rentang wajahmu senja itu
dengan ketulusan senyumanmu beberapa malam yang lalu,
tak bisa aku titipkan pada hati sebagai sebuah kewajaran.

kau telah sontakkan selisih
pada keseharian kita yang seringkali terdiam tanpa nuansa.
kau telah tegaskan jurang
pada setapak berbatu kita yang seringkali dilewatkan
dengan berbagai celoteh ketidakpuasan.

kenapa tak dari dulu
kau munculkan selisih rasa itu?
kenapa harus kau sunggingkan senyum di atas matahari
agar aku dapat melihat dengan mata telanjang?
kenapa kemudian kau berubah pikiran,
dan memberikan imaji diam tanpa nuansa?

aku adalah selisih dalam hatimu.
kamu adalah cinta yang mendadak harus kujadikan sebagai katalisator selisih jiwa.

Remembering On|12:11 AM| selisih

+ + + + +
Tuesday, February 15, 2005

ragu menggagas hasratku ketika harus merayu batu.
lima tahun mengenal cinta,
kemudian aku tergugur di tengah tantanganmu.

kesal menjajah hati ketika harus merayu batu.
berpuluh kata-kata pengayuh kesan asmara
menjadi ompong dan tak mampu menggigit,
mungkin karena ketakutanku.

Remembering On|7:29 AM| merayu batu

+ + + + +
Friday, February 11, 2005

tidak terbayang
betapa hancur sebuah gagahnya riak batas pemikiranku.

adalah salah pada masa lalu.
adalah terlalu, pada pemuasan diri sendiri saja.

aku mengaku tenggelam, akibat ucapanmu.
bukan karena aku merenda galau dan bimbang atas salah.
ini lebih karena malu.

malu,
sebagai akibat tak bisa membuatmu menggerakkan sungging hatimu
dan tersenyum tanpa pernah berhenti.

malu,
karena aku seakan tak pernah memikirkan tentang kita.

apalagi,
ini tentang masa depan,
yang kau khawatirkan akan tertunda.

namun aku juga mengaku,
bahwa aku akan melingkari bulatan penebusan sisi egois itu
dengan keyakinan bahwa aku dapat mengejar ketertinggalan.

atau mengejar resiko.
atau mengejar selisih atas lalai itu.

Remembering On|11:07 PM| maaf

+ + + + +
Thursday, February 10, 2005

gelang tawa itu taburkan relief
pada langkahnya yang berjenjang.

ada pendar cahaya menakuti
namun tetap harus kujelang.

meminta maaflah pada rembulan
yang pernah menegurmu
atas salah pada masa lalu

bukan untuk meleburkan terlalu pada kenangan
melainkan karena kita sedang mengejar kemenangan.
kemenangan jiwa.

dan kamu tentu tahu,
selalu ada relief untuk sebuah perjalanan.
relief yang hadir atas dasar kejujuran dan ketulusan.

Remembering On|6:28 PM| relief

+ + + + +
Tuesday, February 08, 2005

Biasanya, keriuhan rasa tergali di depan pandang seorang pecinta. Meledak dalam gejolak rentetan harap, sejajar dengan hembusan keinginan mencumbu bayang-bayang fantasi terindah dalam nafas.

Petang itu, angin menyusup demikian lembut tak bersuara, namun aku merasa sejuk dalam pori hingga menelisik sekujur tubuh yang masih saja bernafas. Kemudian, kamu datang. Tidak banyak gerak atau kata yang mampu tersimbul dariku. Aku terdiam, seakan roh lupa pada manisnya kinetisme tubuh. Aku hanya jelang tatapan darimu dengan balas tatap, tanpa sempat menggagas apa-apa. Apa itu karena kau selayak bidadari?

Biasanya, aku akan tertawa dalam hati, ketika menemukan sosok wanita cantik. Meronta sedemikian rupa seluruh hasrat, meski tidak untuk dijabarkan dalam ramai tindak laku. Semua tetap tercuai dalam pemikiran nakal seorang lelaki yang kerap setia pada angin.

Namun petang itu, aku terdiam. Aku menemukan jeruji di atas senyuman manis tipis yang aku rasa kau sunggingkan dengan sengaja terhadapku. Berjuta, reka garis dalam kertas kosong itu. Membahana, melintasi hulu berulang kali dan membawa berita baik setiap kalinya. Apa kau datang sebagai seorang putri yang butuh pembebasan jiwa? Apa kau memang bawa jeruji itu dari tempat kau berlabuh? Kemudian, aku kosong. Aku bolong. Aku rendahkan keinginanku dan mulai berpikir.

Kau adalah wanita yang mampu menjadikan sejenak diam. Seperti bukan pesona, melainkan kewajaran dari sisi seseorang yang tidak bisa dihilangkan, melekat demikian peka.

pada jerujimu, lantas aku kabarkan sebuah kasih. Tidak berujung.

Remembering On|11:06 AM| pada jeruji wanita terkasih

+ + + + +
Monday, February 07, 2005

aku lebih berjalan daripada berlari.
aku tahu pasti susuran langkah
dan lembutnya mata mengumpulkan imaji.

aku tahu setapak itu akan terantuk naung.
maka, disitulah aku akan rebah
menjemput rawat jaga kasihmu
pada jiwaku yang lelah.

juga pada inginku meremajakan hari,
bersamamu.

Remembering On|11:37 PM| terantuk naung

+ + + + +
Sunday, February 06, 2005

sekian lama aku mencoba
menepikan rindu kekal pada tatapan
menghilangkan haus guncang kegembiraan

tapi aku hanya sekujur manusia
dalam ciri-ciri jeruji keinginan

rongrong saja malam ini
atau juga malam-malam selanjutnya
dengan kata-kata surgamu
tentang membatasi emosi jiwa pengharapan

aku semakin tua...
apa kau tak sempat mampir untuk sekali saja?

aku semakin tua
dan hanya ditemani delman
yang juga menua

Remembering On|5:45 PM| tentang pak kusir

terhadap sendiri,
aku sempat torehkan tawa.

dalam redupnya mata hembusan bayu
dalam rentannya rasa pencokokan air mata.

terhadap sendiri,
aku titipkan beberapa kata
tentang lembut pernah sentuhanmu.

Remembering On|5:41 PM| sendiri

+ + + + +
Friday, February 04, 2005

libas kemalasan hari
dengan keinginan dan keharusan.
ini bukan main-main,
semenjak hidup merengek terus, minta dinafkahi.

atau minimal, disusui.

kontrak lautan sudah dirintis
dari sekakek senenek buyut lintasan waktu.
aku hanya mendapat waris,
meneruskan jari-jari kebiasaan lama.

menarilah dalam diam, kerang-kerangku.
menarilah dan aku akan datang.

Remembering On|11:17 AM| kontrak lautan

dia tidak pernah habis oleh takut
percayalah pada kata-kataku....

terakhir, aku melihat roda dua miliknya di ujung tebing
tersandar sendirian.
aku memang tidak melihatnya di sana.
hanya roda duanya saja di ujung tebing.
tapi seperti sudah kukatakan,
dia selalu pandai menceritakan ketakutan sebagai lelucon.
jadi aku yakin dia pun ada di ujung tebing,
bahkan mungkin di sisi yang paling berbahaya.

sementara dia meninggalkan pesan untuk kita
lewat sepeda roda duanya di ujung tebing.

Remembering On|10:59 AM| roda dua ujung tebing

+ + + + +
Thursday, February 03, 2005

jejal api itu menggema
dan runutkan ngilu pada lontaran nafas sang mangkuk emas

aku datang dengan pedang terhunus
namun aku terpaksa kembali
sambil menyiapkan diri merajut sutra.

aku seakan tak sanggup membunuhmu
di ujung menara penyimpan harta terpendam.

aku keburu terbias haru,
dan ingin menyiapkan diri untuk cinta saja.
untuk rumah.
untuk tidak paksa lagi membunuh lagi.

Remembering On|10:01 PM| jejal api

+ + + + +
Tuesday, February 01, 2005

jadi,
biarkanlah saja berlalu, sayang...

sesuatu memang terkadang sudah ditempatkan demikian rupa
pada peruntukkannya.
tidak bisa kita rubah.
tidak bisa aku dan kamu perbaiki lagi (bahkan mungkin kita merusaknya, bukan perbaiki)

jadi,
lepaskanlah seluruh beban itu, sayang...

daripada lelah memikirkan jalan-jalan alam yang mengagetkan,
juga kadang memainkan runut rasa dalam hati kita,
lebih baik kita bercinta saja malam ini
dan luapkan keindahan dalam dunia kita sendiri.

Remembering On|11:05 PM| bercinta selepas tragedi

keinginan mencumbumu anjlok,
seperti mesin yang terantuk masalah pada pengapian.

aku bahkan sulit menikmati dentang suaramu,
seakan ingin menutupi lubang-lubang telingaku saja
dan pergi tertidur tanpa rasa bersalah.

apa ini karena kita berada di daratan paling gila di negeri tanpa batas?
atau memang sudah ada garisan skenario yang tak terbantahkan?


Remembering On|10:55 PM| anjlok

lantas terlahir senyuman terbaik
dari sunggingan bibirmu itu.

waktu itu,
beberapa detik yang lalu.

semakin tergolong aku, lelaki paling beruntung di seujung nafas dunia.
bukan semata karena senyuman,
melainkan karena aku sendiri tidak bisa menahan diri
untuk tidak tersenyum bahagia
setiap saat memikirkanmu.

Remembering On|10:51 PM| runut rasa

terus?
apa kamu pernah menjanjikan aku sesuatu?

tidak baik melontarkan kata-kata pengajak harap,
jika masih terlalu ragu untuk menepatinya.
kau lontar saja bebunyian dari mulutmu itu,
untuk didengar udara lepas di atas lautan.
aku tidak memerlukan omong kosong.
aku memerlukan kerjasama.

terus?
apa kelahi menjadi solusi rentan penggembosan?

aku rasa tidak.
kita justru letupkan emosi
dalam bentuknya yang paling sempurna.

Remembering On|10:43 PM| akan ingkar dan kelahi

+ + + + +

Photobucket Photobucket