Boleh dikunjungi
Rancangan Situs oleh
(Last Update 31.07.04)
Free Web Site Counters
Tulisan Terdahulu
ini bukanlah sepasang mega peneduh terikmu
penghapus kekeringanmu.
ini hanyalah tawaran pertama
atas kebaikanmu menyengajakan diri
dalam menyentuh mauku.
peluit panjang sebuah cerita asmara
adalah tanda akhir atau perpisahan.
peluh yang menjejeri kulit perenungan jiwa dan hati
telah siap jatuh berdebam di atas bumi perasaan
atau menyusur pelan hingga menguap karena cahaya.
deru nafas gelora dan semangat
kemudian diendurkan untuk rehat,
diredakan
tanpa berarti mati sama sekali.
deruku padamu mungkin mati, tapi aku akan tetap menderu cinta.
peluit panjang kisi-kisi sebuah harapan telah berbunyi.
aku kira, peluit itu akan tetap diam
dan tak terjamah tiupan pembatas.
tapi peluit penjang telah berbunyi.
dan saatnya aku meninggalkan lapangan.
aku menjadi cinta,
ketika mendengar suaramu lirih
di gendang telingaku.
aku menjadi kasih,
ketika mengingat dalam batinku
tentang indahnya dirimu.
selamat pagi, tumpukan peluk dan cium hari!
sikap berjalan keratonmu sudah mulai berkurang
dan kau tidak malu lagi mengenakan sendal jepit
yang aku belikan dua hari yang lalu.
aku mengubahmu, huh?
sedikit kurusak kepatuhanmu pada aturan manusia
tentang rumitnya menjalani nafas-nafas harianmu.
sedikit kuperkenalkan cara-cara alamiku,
ketika harus menghirup lagi nuansa duniawi.
beringsut menjejaki jalan itu lagi,
meski tanpa genggaman tangan yang pernah menemani.
meski tanpa derai tawa di samping rona pipiku yang memerah.
meski harus mengusahakan senyum dibalik tangis jiwa yang dahsyat.
aku tidak akan cukup menangis, kekasih ribuan tahunku!
kamu pasti mengerti itu.
aku sulit mengendarai terang dua purnama,
ketika sel-sel telingaku hanya mendengar sepi darimu.
apa datang sudah sedemikian sulit,
walaupun kamu mungkin tunjukkan lewat gerakan sayap kupu-kupumu?
sengaja kutorehkan kata untukmu.
dan mungkin ini untuk yang terakhir kalinya.
inilah sebuah kata tentang cinta.
berikut kasih.
menggema tersurut hati normal harianku.
kamu yang bertanggung jawab atasnya.
kamu penjahat perangnya.
mungkin cinta itu kemudian tersembunyi malu
dibalik riasan-riasan semu keinginanmu,
yang kau utarakan padaku.
hingga akhirnya aku terciutkan kata-katamu,
ketika mereka hadir sebagai sebuah kebenaran,
dari sesungguhnya hati normalmu.
dia tentu saja mengerti.
tak tercukupkan kecupan
percayalah padaku,
karena aku adalah lelakimu.
dia memiliki hati paling tenang
dari hembusan terlembut sekalipun.,
jadi untuk apa kamu khawatir
ketika rentang mencokok pandangmu
dan seakan memberikan pilihan paling sulit?
katakan saja pendapatmu,
dia tentu akan mengerti.
sampai akhir nyawa nanti.
tak tercukupkan kasih
ketika kamu pergi.
lintas debu yang bercampur
dalam bijih nafasmu sudah tertelan.
tidak tertahankan.
matilah bersamaku,
mencari arti bersama lagi
tentang setapak berdarah perjuangan.
air terjun dlunggung, Mojokerto, 10 oktober 2004
cawan penampung keinginanmu
ambisi hati rendah berlangsung
untuk berkunjung ke surga suasana
dari jiwamu sendiri telah datang dan tertulis,
dalam kabar terbaik.
aku sudah bersiap,
menyediakan kereta kencana untuk kau naiki,
meski kau tidak mengajakku
menduduki kursi kosong di sebelahmu itu.
'menjemput seseorang di sana,' katamu.
tak apa.
selalu ada cinta,
sampai akhir.
Dusun London, Mojosulur, Mojokerto, 9 oktober 2004
seraya resah menantikanmu tertawa,
terhadapku.
yang menawarkan hati untuk aku jaga.
berbaikku dengan jala penjerat kesabaran.
Mojokerto, 8 oktober 2004
saat sebilah mata tersisa sekalipun,
aku masih bersyukur.
pada titik itulah,
aku lebih mencintaimu,
karena aku mencintaimu bukan semata karena pandang.
melainkan jiwa.
splendid Hotel, Malang, 7 oktober 2004
jadi melanglangku pada ingatan
terang terikat
tentang sebuah kota lembut
di segala musim
dalam segala sisi hati.
telah kupilihkan kota itu
untuk kita berdua,
dengan malaikat-malaikat kecilnya.
Batu, Malang, 6 oktober 2004
membiaskan cahaya
hingga padam dan gelap.
Batu, Malang 5 oktober 2004
aku bingung,
pada sebuah kenyataan
dimana rindu itu pernah ada.
aku rancu,
pada kata-katamu
yang sepertinya manis di telingaku.
apa berdosa pernah merindukan pasangan jiwa yang salah?
dan bukanlah sebuah pembelajaran
atau bahkan sebuah titik pembenaran?
Malang, 4 oktober 2004
malam ini resah oleh kejaran mimpi terabai.
malam ini dingin
dan entah oleh apa akan kuhangatkan lagi.
mata kemudian membujuk tampakan terindah
jari-jari dengar lantas mengemis harmoni dari melodi.
malam ini dirimu tentu tahu,
adalah hari kelahiranmu.