Boleh dikunjungi
Rancangan Situs oleh
(Last Update 31.07.04)
Free Web Site Counters
Tulisan Terdahulu
aku berharap selalu ada liku,
sehingga aku akan tertawa
apabila aku menemukan jalurku kepadamu.
aku tak perlu menangis apabila tergores peluru pencekik rasa.
aku hanya perlu menengadahkan kepercayaan diriku (meski dalam rebah),
untuk sekedar mengingatkan aku akan harapan kembali pada jalur menuju surga.
melawan waktu pasti sia-sia belaka.
aku akan kalah,
tak pelak juga kamu.
jadi berhentilah!!
mencobalah malu pada perilaku sembunyi
atau memanfaatkan parameter waktu....
kata-kata ini bermuara dari wajarnya ucapanmu.
kata-kata ini bukan penggalang pesona semu.
kata-kata ini jujur, dalam seluruh rona,
dalam seluruh lubang nafas.
sungguh merangkul demikian lembut,
menggagahkan diri sendiri (atau kita)
pada ambang tipis nirwana
hingga lega tak tertahankan.
hampir tak mengenali aku pada tutur lekuk wajahmu
sejenak merana sekujur batin
dan terus mencoba mengurai seluruh teka teki : bagaimana bisa seorang yang begitu kukasih dan begitu dekat dengan burai pandang jiwaku kini menjelma hampa di rentetan kesan?
hampir kutundukkan muka dan menyeringai tak mengenali,
atau hanya memberikan senyuman biasa.
hampir aku menancapkan kamu sebagai sesama insan manusia biasa.
ada apa dengan mata penangkap tutur lekuk wajahmu?
apakah rabun, kabur, samar juga rindu pada kegelapan?
atau sesat yang disengaja untuk mengatakan bahwa kau tak lagi setia padaku?
melintas senja di pesisir lautan
dan mencoba sekuat tenaga bertahan untuk tidak menangis,
aku serasa terbungkuk dengan beban yang demikian berlebih.
mendadak mati nada-nada dalam jiwa
mendadak putus rentetan nurani pada keutuhan raga
mendadak air mata dan hanya air mata.
aku tak bisa lari dari skenario
bahwa hatiku selalu sedih jika menatap lautan.
tidak ada lagi batasan.