Boleh dikunjungi
Rancangan Situs oleh
(Last Update 31.07.04)
Free Web Site Counters
Tulisan Terdahulu
melatih ujung sebuah perasaan,
membawa kerapuhan hati pada sisi kronis
yang dapat meledak sewaktu-waktu.
bukan tak mau aku menjambak rambutku sendiri
dan membenturkannya berulang kali
pada dinding tembok keras terdekat itu.
bukan tak mau aku menangisi sebuah kegagalan.
aku hanya mengerti
bahwa aku akan menyentuh titik ini
ketika mencoba berlatih keras
tentang bagaimana menempatkan roda-roda perasaan itu
dari mula bergerak hingga terhenti
dari pangkal terbentuk hingga ujung terakhir sebelum mati.
sungguh,
benih ini telah berbahagia dalam nafas awalnya.
jangan kau tarik lagi seluruh cinta
yang melahirkan benih ini!
sungguh,
ingin kupelihara saja
biarpun harus kau tinggalkan aku bagai sampah.
semua berbicara tentang rindu buatan.
sekelumit ekspresi rasa yang palsu,
korupsi pada integritas jiwa.
ada yang mengasah parang.
ada pula yang hanya membawa mulut,
pelontar kata-kata makian.
semua mengusir pengusung rindu buatan,
begitu pula Romi.
meski pengusung rindu itu adalah kekasihnya sendiri.
kelemahan itu terletak pada ujung kemauanmu,
selalu saja bergerak untuk orgasme
tapi kau lantas mundur
dan bersembunyi di balik pundak pelindungmu.
kecemasan itu tercetus pada rendahnya ambisimu,
bukan hanya menghadang,
tapi juga menggelisahkanmu selalu
dan meredupkan sinar yang beranjak letih dalam penantian.
berontak, ayo.....
menciumi seluruh rasa terbaik yang ingin dikeluarkan..
bergerak, mari...
menjejaki segala kemungkinan liarnya sudut pandangmu....
mendamba malaikat untuk mendampingi hari-hari gelap,
terkadang menjadi terlalu muluk,
hingga harus kita sendiri yang acungkan jari pada Tuhan,
dan menyatakan sebuah semangat.
kerangka malam itu adalah neraka.
aku benar-benar terjebak oleh tipisnya perbedaan
antara rasa dan realita.
apa kemudian kamu akan memberikanku kejutan juga
dengan menyatakan bahwa kamulah pembuat kerangka itu?
ah, lebih baik tidak...
biar pisau ini tak sempat memiliki kekuatan
untuk menancap di jantungmu.
tiang-tiang telah mengembalikan langit pada bumi
untuk selalu.
tawa-tawa telah memasukkan lagi gelak itu pada batin,
sesekali.
aku bermain bola sodok dengan jiwamu,
bermain bola sodok dengan hati dan relung religimu.
aku pun berusaha untuk mengembalikan langit
yang telah tinggikan dirimu hingga angkuh.
aku tengah berusaha memasukkan terbahakmu pada realitas,
hingga seringkali kau menolak untuk melihat kenyataan.
berpeluh juga pada akhirnya,
dan melahirkan titik-titik air
dari pori seorang wanita yang paling rawan.
dia terus mengayuh,
untuk mengejar seluruh kesempatan
bertemu dengan buah hatinya lagi.
teringat sejuta senyum manis,
pelipur seluruh lelah
dan bimbang hati.
dia selalu ingin pulang,
dan lelap dalam riuhnya keluarga.
(foto oleh Anton Wenas)
titahkan aku untuk menutup pintu hatimu,
agar tak ada lelaki sekonyong
yang singgah di hatimu.
udara tak lagi segar, perempuanku...
tidak lagi segar.
redamkan juga marahku dalam cemburu,
agar waspada pada rentetan emosi
yang selalu hadir ibarat anjing yang menyalak.
aku adalah penghuni bilik hatimu,
pemanis sakit-sakit dan gelap-gelap jejakmu,
penerang seluruh kemungkinan akan kebutaanmu,
terutama pada rasa.
(foto oleh Anton Wenas)
bayangkan jika aku harus mencumbumu
dalam kelelahan yang luar biasa...
bayangkan jika aku harus terduduk pasrah,
ketika kau melayangkan seluruh pelukan..
bayangkan pula,
jika aku kemudian mati
dan meninggalkanmu bersama tubuhku yang telah kosong.
bayangkan, kekasih imajinerku!!
bayangkanlah!!!!
(foto oleh Alfred Dagasuli)