Boleh dikunjungi
Rancangan Situs oleh
(Last Update 31.07.04)
Free Web Site Counters
Tulisan Terdahulu
orang berkata cintamu sungguhlah berarti.
untuk siapa?
matahari yang lembut itu pernah meranggas menggerogoti poriku
dan menghujamkan kelelahan yang lantas jatuhkan sebuah asumsi berat dalam pikirku,
yang lantas memojokkanku dalam apatisme yang berlebihan.
jadi kemana cinta itu?
a[a aku harus mencari makna itu dengan terperosok dulu?
bahkan berkali-kali?
membuncah sudah keinginan untuk merasukimu dengan cinta.
ini mungkin omong kosong.
kamu mungkin tidak peduli.
ini mungkin ibarat memukul angin.
berdaya malam menjadi siang.
berdaya kering menjadi basah.
aku sungguh menikmati melumat cinta.
aku sungguh dapat melakukan segalanya.
mari kita lihat bintang
dan coba pahami bagaimana mereka melihat kita.
mari kita cicipi tanah
dan coba pahami bagaimana mereka menahan pijakan kita.
mari kita tahan hembusan angin
dan coba pahami bagaimana mereka melewatkan kesejukan di gersang kita.
mari kita lihat matahari
dan coba pahami bagaimana mereka melihat kita.
dapat kuhadapi dunia ini dengan setengah telanjang
tanpa khawatir akan helai-helai pakaian pembalut kepolosan.
aku bahkan dapat menyuguhi kejujuran itu secara sporadis,
sampai pada batas yang dunia inginkan.
tapi aku masih takut menghadapi akhirat.
ini tak lain karena aku masih merasa terbalut oleh kekosongan.
masih tak banyak berbuat kebaikan.
kedatanganmu setiap pagi di muka pintu rumah kontrakanku,
ibarat sosis....
jika kupancing saja satu pertanyaan,
kau sontak celoteh panjang, seakan tanpa ujung.
senyummu setelah itu pun ibarat sosis,
jika tak kau habiskan sekaligus,
melainkan kau penggal-penggal hingga beberapa bagian.
maka senyummu akan mengambang dihantam panas gelora rinduku
dan diriaki minyak peluh penanda degup hebat cintaku...
jejalkan kuah kehangatan
hingga lenyap sedu sedan kesepian
dan menghamburku pada tawa,
atau sekedar senyum.
seperti kuah bakso di sore hari yang sejuk
lengkapi sensasi dahaga nafsu birahi perut.
arungkan cerita-cerita manis
untuk membasahi pikiranku.
menyelimuti hingga tandas mukaan kering
dan terlegaku akan kemarau pikiran.
seperti kuah sup ayam di pagi hari
yang kerap coba redakan ingus...
terlambat kereta merangkak tiba,
di depan renta mataku yang mulai mengantuk.
gairah juga telah menguap hingga lupa pada rindu.
kantuk semakin menggila dan ganas,
ketika tak kudapati kamu turun dari kereta.
kau nyatanya ingkar,
untuk jelang aku di ujung stasiun pada senja ini.
kau nyatanya akurkan ngantukku
hingga aku pun tertidur
dan entah apakah kuingin terbangun lagi.
terinspirasi Fikar yang ngantuk pas sahur tadi...di kantin LG
begitu dekat wajah agung kedamaianmu itu dengan nafasku.
tatapanmu seakan tatapanku.
gatal garuk pipimu juga tertitip sama di pipiku.
kosongkan mungkin pikiran rumitku.
penuhi guratnya oleh guratmu.
kelam pagi sungguh tak biasa.
gairah mengesankan hambar tatapan-tatapan terbaruku.
raih sembilan nyawa,
huruf yang malas tersambung mendatangiku pagi ini.
segera saja kuputar nomor rumah sakit jiwa
dan menanyakan kewarasanku.
tak lama, mereka datang meringkusku,
tanpa bertanya terlebih dahulu.
suram bangunku sungguh tak biasa.
apalagi,
kini aku meringkuk dianggap gila.
aku membutuhkan gejolak yang melebihi kegelisahan ombak laut dikala pasang.
nafsu itu pun seakan total meringkuk dalam sel pembubuhan rasa.
aku jadi tidak tahu lagi harus mengajakmu kemana...
aku tiada bangga.
genggam sejuta jawab,
aku tiada tenang.
tujuh pagi yang kuhabiskan dengan bercinta,
memang membuatku sanggup hidup 1000 tahun lagi.
sanggup membuatku tahu arti dari hampir seluruh tanda tanya.
tapi kenapa aku tiada nyata?
dia meminta awalan, namun aku katakan tidak.
aku tak selalu dapat mengarahkan dengan benar, kataku.
huruf itu ternyata memaksa, hingga akhirnya kuberikan sisipan.
aku tahu pasti bahwa sisipan terkadang malah hadir sebagai pengganggu,
bukan lagi penjajar huruf tersambung dengan huruf-huruf mandiri.
ingin segera kuberikan akhiran pada huruf itu,
sambil mengatakan puas dan tertawa terbahak.
bahwa huruf yang malas tersambung,
memang sebaiknya tak meminta disambung,
kecuali jika ingin menjemput ajalnya sendiri.