Boleh dikunjungi
Rancangan Situs oleh
(Last Update 31.07.04)
Free Web Site Counters
Tulisan Terdahulu
senja itu,
dear seperti clear...
mungkin aku semakin rabun
hingga ingin melenyapkan kekasih dan mengelana sendiri
kau bilang,
kerinduan padamu datang sebagai penyelamat
tak boleh ada air mata
haruskah ku meminta
menelan butiran kesakitan seperti neraka,
cobalah sejenak mengerti hilangku
mereka mencoba merapihkan seluruh amarah
aku hanya hidup dengan bayanganku sendiri
kau benar
kau selalu benar
kau bilang,
aku terlalu mengokohkan dinding pembatas
kau benar,
kau selalu benar
kau bilang,
aku adalah patung tanpa nyawa
kau hm...hm....,
kau selalu hm....hm....
ujung sembilu sudah sangat dekat dengan urat nyawa
harapan sudah setipis lapisan yang paling tak terlihat
kerinduan padamu seperti cahaya
meski aku tahu jika kerinduan ini
hanya menantikan kehampaan...
seperti janjiku pada sebuah senja
di ujung dermaga yang nyaris rapuh
tak boleh hilang
seperti inginku berbagi
pada seluruh penikmat rasa dunia
agar kau percikkan lagi cahaya itu
sekali lagi?
sekali saja lagi?
buaian itu demikian akbar,
menempatkanku tinggi sekali,
melebihi apapun
haruskah kau datang dengan paksaan?
atau aku cukup menunggu sambil menyiapkan sajian istimewa untukmu?
kalau kau mau tahu
seperti tak akan pulih indera rasa ini
untuk cicipi rona indah yang baru
mencegah sakit seakan hanya mimpi,
kalau kau mau tahu
selayak sampan yang tak tahu arah berlabuh
pada dermaga yang mungkin juga telah hilang
di sini memang gelap
di sini memang terendam sepi
cobalah hancurkan egomu
merendahlah pada kerelaan
mendekatlah pada ketiadaanku
satu demi satu
diurutkan seperti dadu
lantas dilempar
lantas berjudi pada hasil
mereka meminta sepatah kata untuk kutulis saja
tak perlu lengkap
cukup nukilan
puas dengan akhiran koma
namun aku diam
apa kau tak tahu bahwa aku juga sulit merapihkan amarah,
hingga aku terus menjajal kegelapan,
tanpa pernah tahu kapan lagi menemukan cahaya?
aku terlambat menemui buntu
terlanjur terbuai terus oleh tawa
kamu pun terkesan seketika di mula
tertipu dahsyat sebuah muka dua
langkah mungkin tak bisa mengikuti rasa cinta
sepatunya mudah usang
nafasnya mudah habis
belum lagi sesat oleh banyak sekali gelap
gelap mata
gelap nafsu
gelap rasa
jiwa kemudian mampir dan menebar debu penyegar
kau pun bisa membawanya kemana saja
kau pun bisa menitipkannya di titik rasa mana saja
titik rindu
titik marah
titik sedih
sedikit saja luka saat mengingatmu
betapa burung itu bisa terbang dan jatuh lagi dalam sekejap
namun kenapa selalu membuka jurang yang menganga demikian besar?
kau seperti Tuhan yang memiliki semua jenis rasa.
memaksaku tertunduk dan enggan menatap matahari lagi.
apa kamu pernah merasakan kerupawanan dunia
setelah detik-detik neraka?
kenapa tidak aku juga bisa merangkak setelah berjalan tegap?
betapa hujan serentak datang setelah panas yang menyiksa
kenapa tidak air mata juga bisa berhenti hingga aku bisa tersenyum?